Oleh :
ANDI AYU
SEPTIAVILASARI
12.043.126
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BHAYANGKARA
SURABAYA
2013
BAB III
TEORI PENDUKUNG
3.1
Ekstraksi
Fitur
Ekstraksi fitur merupakan
proses komputasi nilai numerik yang mewakili sebagian dari data audio, yang
menghasilkan fitur-fitur baru dari data mentah dengan menerapkan satu atau
lebih transformasi berikut.
3.1.1 Ektraksi Average Energy (AE)
Energi rata-rata (Average Energy) yang menunjukkan
keras-lemahnya sinyal audio (Loudness),
dan bisa juga diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
(3.1)
Dimana
x(n) merupakan nilai dari sampling lagu tiap 5 second, dan N adalah banyaknya sampling
dalam satu frame sample audio.
Maka
metode ektraksi AE dapat dilakukan
dengan memecah file audio menjadi 30 frame sample audio, kemudian untuk
masing-masing frame sample tersebut
akan diketahui nilai sampling tiap 5 second dan banyaknya sampling audio per frame. Setelah
menentukan nilai sampling ratenya,
kemudian akan dihitung nilai AE per frame menggunakan rumus diatas.
3.1.2 Ekstraksi
Zero Crossing Rate
zero crossing akan
terjadi saat sample dalam sebuah
sinyal digital mempunyai perbedaan tanda. Rata-rata dari zero crossing dapat digunakan sebagai sebuah ukuran sederhana dari
isi frekuensi sinyal.
Zero Crossing Rate itu sendiri merupakan perpindahan puncak sampling dari nilai positif ke negatif
(dan sebaliknya), yang bisa dihitung menggunakan rumus :
(3.2)
Dimana
sgnx(n) adalah tanda posisi puncak sampling saat ini, dan sgnx(n-1) adalah
tanda posisi puncak sampling
sebelumnya. Sedangkan N adalah jumlah sampling
yang dihitung dalam satu frame. Tanda posisi puncak akan bernilai +1 jika sampling di area atas, dan akan bernilai
-1 jika posisi amplitudo di area bawah.
Maka, metode ektraksi ZCR
dilakukan dengan membaca nilai sampling
saat ini dan sebelumnya, memberi nilai +1 jika sampling>0 dan memberi nilai -1 jika sebaliknya. Kemudian
dijumlahkan sgnx(n) dengan sgnx(n-1) tersebut, dan dijumlahkan hasilnya untuk
setiap nilai sampling dalam rentang
satu frame audio. Terakhir, jumlah akhir tersebut dibagi 2 kali banyaknya nilai
amplitudo (2N) untuk memperoleh nilai Zero
Crossing Ratenya.
3.2
Jaringan Syaraf Tiruan
Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Network) adalah sistem komputasi yang arsitektur
dan operasinya diilhami dari pengetahuan tentang sel syaraf biologis di dalam
otak.
3.2.1 Konsep
Dasar Jaringan Syaraf Tiruan
Jaringan Syaraf Tiruan terdiri dari beberapa neuron dan
ada hubungan antar neuron-neuron seperti otak manusia. Neuron/sel saraf adalah
sebuah unit pemroses informasi yang merupakan dasar operasi jaringan syaraf
tiruan.
Jaringan saraf tiruan terdiri atas beberapa elemen
penghitung yang masing-masing dihubungkan melalui suatu bobot dan tersusun secara
paralel. Bobot inilah yang nantinya akan berubah selama proses pelatihan.
Ø
Faktor Bobot
bobot merupakan suatu nilai yang mendefinisikan tingkat
atau kepentingan hubungan antara suatu node dengan node yang lain. Semakin
besar bobot suatu hubungan menandakan semakin pentingnya hubungan kedua node
tersebut. Bobot-bobot tersebut bisa ditentukan untuk menyesuaikan dengan
pola-pola input.
Ø
Fungsi Aktivasi
Setiap neuron mempunyai keadaan internal yang disebut
level aktivasi atau level aktivitas yang merupakan fungsi input yang diterima.
Secara tipikal suatu neuron mengirimkan aktivitasnya kebeberapa neuron lain
sebagai sinyal. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa neuron hanya dapat
mengirimkan satu sinyal sesaat, walaupun sinyal tersebut dapat dipancarkan ke beberapa
neuron lain.
3.3
JST
Kohonen-SOM (Self Organizing Map)
Self Organizing Map (SOM), pertamakali diperkenalkan oleh Teuvo Kohonen
pada tahun 1982 dengan teknik pelatihan JST yang menggunakan basis winner takes
all, dimana hanya neuron pemenang yang akan diperbarui bobotnya. JST Kohonen-SOM merupakan salah satu model JST yang menggunakan metode
unsupervised learning. Artinya, jaringan tersebut melakukan pembelajaran tanpa
bimbingan data input-target.
3.3.1
Konsep Self
Organizing Map
Jaringan
ini terdiri dari dua lapisan (layer), yaitu lapisan input dan lapisan output.
Setiap neuron dalam lapisan input terhubung dengan setiap neuron pada lapisan
output. Setiap neuron dalam lapisan output merepresentasikan kelas (cluster)
dari input yang diberikan.
Gambar 3.1 Pemetaan SOM
Misalkan
masukan berupa vector yang tediri dari n komponen yang akan dikelompokkan dalam
maksimum 28 buah kelompok. Keluaran jaringan adalah kelompok yang paling
dekat/mirip dengan masukan yang diberikan. Ada beberapa ukuran kedekatan yang
dapat dipakai. Ukuran yang paling sering digunakan adalah jarak Euclidian yang
paling minimum.
Bobot
vektor-vektor contoh berfungsi sebagai penentu kedekatan antara vektor tersebut
dengan masukan yang diberikan. Selama proses pengaturan, vektor contoh yang pada
saat itu paling dekat dengan masukan akan muncul sebagai pemenang, kemudian
vektor pemenang dan vektor-vektor sekitarnya akan dimodifikasi bobotnya.
0 comments:
Post a Comment